Minggu, 01 Desember 2013

bercerita saejarah

Cirebon tempo dulu Hamparan sawah menguning menjadi lumbung padi daerah. Lautan luas terhampar ikan berlarian ke pantai untuk kemaslahatan masyrakat. Hutan dan gunung terlukiskan indah hijau memanjakan setiap mata. Burung bernyanyian manja tiap pagi menyambut sang mentari pagi tiba. Terlihat petani Menggiring kerbau menuju sawah dan ladang. Saat senja tiba terdengar sayup-sayup suara adzan berkumandang. Menggiring anak-anak desa menuju sebuah mushola tua. Terdengar lantunan ayat suci al-quran. Memang Cirebon kota wali termasyur sampai ke negri jiran. Kini semua itu tinggal kerinduan. Semua terkikis oleh zaman. Sawah kini terhampar luas tanpa ada petani. Hutan kini menjadi tempat gersang tak berhati. Lautan kini menjadi penampung sampah seluruh industry. Kemana semua itu?mari kita bangun daerah kita. Mari kita satu kan tenaga untuk rumah kita. Mari ciptakan Cirebon menjadi syurga buat kita semua.

macan siliwangi

Menunggu lahirnya Macan Siliwangi 350 tahun lalu bumi pertiwi terkena musibah. Mulai masuknya penjajah ke rumah kita. Perjuangan pendahulu kita bukan demi emas permata. Semua hanya mencari kemerdekaan semata. Waktu terkikis begitu cepat oleh zaman, Bung karno dan bung hata menjadi jembatan Indonesia menuju kemerdekaan Tujuh jendral menjadi tumbal kebebasaan bangsa. Soeharto menjadi penerus pemimpin bangsa kita. Kini soeharto pun telah meninggalkan kita akibat terbatasnya Usia. Auman macan Siliwangi terdengar menggelegar di Negara tetangga. Hukum berdiri kokoh demi terbentuknya pondasi tiang Negara. UUD 1945 menjadi penopang utama pada pilar hukum Negara. Tak pandang harta dan tahta semua sama dimata hukum. Namun kini anak cucu mu kini telah menodai hal kermat tersebut. Dimana kini berdampak Negri kita ini yang dulu kamu perjuangkan menjadi semrawut. Bukan hukum yang berbicara, kini zaman berbeda. Harta,tahta itu yang berkuasa. Kapan akan terlahir, bung karno,bung hata muda? Kapan akan terlahir bpk jendral besar kita? Kapan akan terlahir generasi penerus bangsa yang kesatria? Kapan akan mendengar lagi Macan Siliwangi mengaum di Negara tetangga? Ibu pertiwi hanyang bias menunggu dan berdiam tanpa kata.

coretan anak bangsa dengan tinta darah

Noda Dalam Kain Putih Dalam dinginnya angin malam. Kadang aku bertanya apakah negeri ini telah merdeka? Apakah kini kita telah terbebas dari penjajahan? Ternyata rembulanpun menjawab semua gundah gulana ku. Indonesia masih dalam kekuasaan penjajah. Dijajah bangsa sendiri dengan kekuasaan dan keserakahan. Kursi kepemimpinan pun jadi ajang para jawara untuk unjuk kekuatan. Bukan kuat dalam fisik namun jawara yang kuat dalam harta. Harta kini telah bicara,emas permata kini telah masuk ke ranah Hukum. Penjara yang dulu ditakuti semua orang kini menjadi hotel bagi pejahat berpangkat. Kini saya tau kenapa Ibu pertiwi masih menangis,kenapa ibu pertiwi kini susah? Karena beliau sedih melihat anak cucunya kini menjadi noda dalam sangsaka Merah Putih.